Mari kita berpikir bersama serta beraksi bersama secara berjamaah untuk kebaikan negeri kita yang merdeka atas berkah Rahmat Alloh Yang Maha Kuasai ini. Kita juga harusnya punya motivasi dan dorongan yang tinggi sebagaimana para pahlawan pejuang NKRI ini yang punya keinginan yang luhur sehingga bangsa kita bisa menjadi bangsa yang bebas dan merdeka.
Cukup dengan tiga langkah aksi saja sudah cukup untuk membawa kemakmuran dan lahirnya pemimpin yang amanah di sebuah negeri. Yaitu yang pertama meningkatkan keimanan dan yang kedua meningkatkan ketakwaan dan ketiga meningkatkan amal shaleh. Lebih dari itu kita perlu mengenal jaman dimana kita sekarang sedang berada, agar kita tahu posisi dan prioritas apa yang seharusnya kita lakukan (amalkan) tahap demi setahap.
Rata-rata ulama kita sepakat bahwa saat ini kita hidup di jaman Mulkan Jabariyah dalam pergiliran jaman yang pentahapannya diuraikan melalui hadits berikut :
“Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang memaksa (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.”
(HR.Ahmad).
Dalam jaman raja-raja yang memaksa ini, siapapun yang memimpin negeri ini belum akan membawa banyak kebaikan karena belum akan mengikuti aturan syariatNya. Karena hukum yang berlaku belum akan sesuai syariat – yang haram-pun masih bisa diwajibkan, maka belum bisa kita memilih saudara-saudara kita yang shaleh untuk memimpin negeri seperti ini.
Kita justru akan menjerumuskan mereka dalam kedhaliman – yang bisa jadi mereka tidak sadari – bila kita memilih mereka menjadi pemimpin negeri dalam jaman yang masih seperti ini. Seperti apa contohnya..? Berapa banyak sudah kita punya kepala daerah dan kepala negara yang Muslim, sebagian bahkan berlatar belakang ustadz. Tetapi apa sikapnya terhadap riba yang difatwakan oleh MUI no 1 tahun 2004?
Tidak ada pemimpin yang meng-gubris sedikitpun fatwa ulama tersebut untuk setidaknya membebaskan daerah atau wilayah yang dipimpinnya dari riba. Malah mereka juga menjadi pelaksana dan bahkan penganjur sistem riba itu sendiri – yang kini menjadi wajib dengan adanya BPJS dan JKN. Kasihan bukan bila saudara-saudara kita yang (dahulunya) shaleh kemudian terjerumus menjadi pemimpin yang harus melaksanakan dan bahkan ikut menganjurkan riba ini?
Lantas apa yang seharusnya kita lakukan di jaman Mulkan Jabariyah yang seperti ini? Akan lebih baik bila kita berada di luar jalur pemerintahan tetapi bersamaan dengan itu kita membangun barisan yang kuat, agar bisa setiap saat tiada berhenti ‘menasihati’ pemerintah dengan kekuatan umat yang solid – agar mereka yang memimpin tidak menambah kerugian bagi umat yang besar ini.
Mengapa tidak berada di dalam pemerintahan saja agar lebih mudah berbuat? Suasana batinnya yang akan berbeda. Bila kita menjadi bagian dari pemerintahan, maka kita akan cenderung membela dan membenarkan apa yang dilakukan pemerintah – bahkan bila hal itu melanggar syariat sekalipun. Budaya kita belum memungkinkan seorang bawahan menasihati atasan!
Bila saya sampaikan ke saudara-saudara saya yang menjadi bagian dari pemerintahan tentang riba yang diwajibkan dalam BPJS dan JKN tersebut di atas misalnya, maka spontan mereka membelanya – bahwa ini dilakukan demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Masya iya harus dengan riba? Dengan memerangi Allah dan Rasul-Nya ( QS 2 :279) kita bisa mensejahterakan rakyat?
Mungkin belum banyak yang bisa kita lakukan di luar sistem, tetapi setidaknya kita sudah menolaknya di hati kita – kita tidak ikut terjebak membelanya – sambil terus berusaha agar keberadaan kita membawa manfaat yang besar bagi jaman ini dan juga anak keturunan kita nanti. Lantas apa yang secara konkrit bisa kita perbuat ketika kita hidup di jaman Mulkan Jabariyah yang penuh fitnah ini?
Secara umum ada tiga hal yang harus bisa kita lakukan, yaitu meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh. Ini adalah pekerjaan yang sangat luas yang bisa dilakukan oleh siapa saja dalam bidang apa saja.
Yang akan membuat negeri ini makmur di jaman ini bukanlah para pemimpinnya, tetapi dari rakyat atau penduduknya yang beriman dan bertakwa. Apapun janji kemakmuran yang akan dibawa oleh para (calon) pemimpin yang sedang merayu hati rakyat saat ini – tidak akan pernah terpenuhi janji tersebut – selagi para (calon) pemimpin tersebut tidak mengajak kepada keimanan dan ketakwaan. Sampai saat ini saya belum melihat adanya kampanye yang fokusnya mengajak kepada dua hal ini – keimanan dan ketakwaan. Padahal inilah kunci kemakmuran itu sebagaimana ayat berikut :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-a’raf [7]:96)
Untuk kemakmuran cukup dua langkah saja, yaitu yang pertama meningkatkan keimanan dan yang kedua meningkatkan ketakwaan.
Kemudian langkah ketiganya adalah meningkatkan amal shaleh di segala bidang kehidupan. Ingat bahwa saat ini kita berada di jaman Mulkan Jabariyah, jaman fitnah entah berapa lama waktunya kita akan sampai pada jaman berikutnya yakni jaman Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).
Apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk menyongsong jaman tersebut? Banyak sekali amal shaleh yang terkait dengan persiapan ini. Saatnya tiba ini waktunya kita menyiapkan pendidikan terbaik kita, agar anak-anak dan cucu keturunan kita kelak memenuhi syarat untuk mengusung jaman Khilafah yang menempuh jejak Kenabian tersebut.
Kini waktunya untuk kita mulai merintis seluruh sistem kehidupan yang mengikuti syariat, mulai dari cara kita ketika berdagang, mengelola modal, mengelola kesehatan, mengelola pasar, mengelola sikap dalam berpolitik dan lain sebagainya.
Kini pulalah waktunya kita menggunakan petunjuk-Nya yang langsung melalui ayat-ayat Al-Qur’an maupun melalui sunnah-sunnah nabi-Nya, dalam mengelola seluruh sumber daya alam yang melimpah yang memang beban tugas memakmurkannya ada di pundak kita ( QS 11:61).
Tidak berada dalam pemerintahan – bukan berarti kita pasif dan menyerahkan urusan pada yang bukan ahlinya. Sebaliknya kita bisa aktif berbuat untuk persiapan kemakmuran yang sesungguhnya, tanpa terjebak dalam jaman dimana kita ‘dipaksa’ mengikuti sistem yang melanggar syariat.
Bahwa dengan langkah-langkah yang mengikuti syariat ini kita yakin akan makmur, ya karena ada janji Allah dalam ayat di QS 7:96 tersebut di atas. Kita juga tidak akan membiarkan siapapun yang memerintah nanti berbuat semaunya yang merugikan umat – seperti riba yang diwajibkan tersebut di atas, kita akan bisa menolaknya bila umat yang besar ini bersatu dan justru tidak terbelah-belah sebagian membela sistem riba yang lain menolaknya.
Bahwa kunci kemakmuran ada di ummat atau penduduk ini, selain dijanjikan di ayat di atas juga dikabarkan melalui hadits berikut :
“Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.”
(HR. Muslim).
Kemakmuran yang tergambar dalam hadits tersebut di atas – jelas kemakmuran di jaman Islam karena diindikasikan dengan kalimat “…laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya…”, siapa lagi yang sadar zakat kalau bukan muslim?
Tetapi tentu saja kemakmuran ini tidak datang secara ujug-ujug, kemakmuran ini perlu ikhtiar kerja keras kita, bersamaan dengan itu kemakmuran ini perlu pertolonganNya – yang tidak mungkin kita peroleh bila kita melawanNya dengan sistem yang ribawi misalnya.
Untuk memperoleh pertolongan-Nya perlu keimanan dan ketakwaan, sedang jangankan sampai ketakwaan – keimananpun tidak ada bila kita masih menggunakan sistem riba apalagi mewajibkannya.
Perhatikan ayat-Nya berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 2:278)
Ayat tersebut jelas bahwa sesudah perintah beriman dan bertakwa kita disuruh meninggalkan riba – jika kita beriman !, jika tidak? Tahu sendiri makna dan akibatnya.
Kepemimpinan akan kembali ke umat ini bila syaratnya sudah kita penuhi, bahkan bukan hanya kepemimpinan negeri ini tetapi kepemimpinan dunia. Dan ini pasti terjadi karena Dia sendirilah yang berjanji, kapan itu?
Setelah kita bisa membangun generasi yang benar-benar beriman dan beramal shaleh. Saat itulah umat ini akan kembali memimpin dunia!
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS: an-Nuur [24]:55)
Jadi jelas, tugas umat di jaman Mulkan Jabariyah ini bukan berebut kekuasaan di pemerintahan tetapi melakukan hal-hal yang harus dilakukannya. Dari penjelasan di atas, ada setidaknya 3 points dari ..things to do, yang insyaallah kita semua bisa mulai melakukannya di bidang profesi dan atau posisi kita masing-masing.
Tiga hal tersebut adalah:
Pertama meningkatkan keimanan,
Kedua meningkatkan ketakwaan dan,
Ketiga meningkatkan amal saleh.
Tiga hal inilah kunci turunnya berkah dari langit dan dari bumi (Iman dan Takwa), dan kunci kembalinya kepemimpinan ke tangan umat (Iman dan Amal Shaleh).
Maka jangan sampai kegaduhan politik yang akan berlarut sampai memasuki 10 hari pertama di bulan Ramadhan nanti, justru menjauhkan kita dari kunci-kunci kemakmuran dan kepemimpinan umat yang sejati ini.*
Disarikan dari Tulisan di website Gerai Dinar
Cukup dengan tiga langkah aksi saja sudah cukup untuk membawa kemakmuran dan lahirnya pemimpin yang amanah di sebuah negeri. Yaitu yang pertama meningkatkan keimanan dan yang kedua meningkatkan ketakwaan dan ketiga meningkatkan amal shaleh. Lebih dari itu kita perlu mengenal jaman dimana kita sekarang sedang berada, agar kita tahu posisi dan prioritas apa yang seharusnya kita lakukan (amalkan) tahap demi setahap.
Rata-rata ulama kita sepakat bahwa saat ini kita hidup di jaman Mulkan Jabariyah dalam pergiliran jaman yang pentahapannya diuraikan melalui hadits berikut :
“Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang memaksa (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.”
(HR.Ahmad).
Dalam jaman raja-raja yang memaksa ini, siapapun yang memimpin negeri ini belum akan membawa banyak kebaikan karena belum akan mengikuti aturan syariatNya. Karena hukum yang berlaku belum akan sesuai syariat – yang haram-pun masih bisa diwajibkan, maka belum bisa kita memilih saudara-saudara kita yang shaleh untuk memimpin negeri seperti ini.
Kita justru akan menjerumuskan mereka dalam kedhaliman – yang bisa jadi mereka tidak sadari – bila kita memilih mereka menjadi pemimpin negeri dalam jaman yang masih seperti ini. Seperti apa contohnya..? Berapa banyak sudah kita punya kepala daerah dan kepala negara yang Muslim, sebagian bahkan berlatar belakang ustadz. Tetapi apa sikapnya terhadap riba yang difatwakan oleh MUI no 1 tahun 2004?
Tidak ada pemimpin yang meng-gubris sedikitpun fatwa ulama tersebut untuk setidaknya membebaskan daerah atau wilayah yang dipimpinnya dari riba. Malah mereka juga menjadi pelaksana dan bahkan penganjur sistem riba itu sendiri – yang kini menjadi wajib dengan adanya BPJS dan JKN. Kasihan bukan bila saudara-saudara kita yang (dahulunya) shaleh kemudian terjerumus menjadi pemimpin yang harus melaksanakan dan bahkan ikut menganjurkan riba ini?
Lantas apa yang seharusnya kita lakukan di jaman Mulkan Jabariyah yang seperti ini? Akan lebih baik bila kita berada di luar jalur pemerintahan tetapi bersamaan dengan itu kita membangun barisan yang kuat, agar bisa setiap saat tiada berhenti ‘menasihati’ pemerintah dengan kekuatan umat yang solid – agar mereka yang memimpin tidak menambah kerugian bagi umat yang besar ini.
Mengapa tidak berada di dalam pemerintahan saja agar lebih mudah berbuat? Suasana batinnya yang akan berbeda. Bila kita menjadi bagian dari pemerintahan, maka kita akan cenderung membela dan membenarkan apa yang dilakukan pemerintah – bahkan bila hal itu melanggar syariat sekalipun. Budaya kita belum memungkinkan seorang bawahan menasihati atasan!
Bila saya sampaikan ke saudara-saudara saya yang menjadi bagian dari pemerintahan tentang riba yang diwajibkan dalam BPJS dan JKN tersebut di atas misalnya, maka spontan mereka membelanya – bahwa ini dilakukan demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Masya iya harus dengan riba? Dengan memerangi Allah dan Rasul-Nya ( QS 2 :279) kita bisa mensejahterakan rakyat?
Mungkin belum banyak yang bisa kita lakukan di luar sistem, tetapi setidaknya kita sudah menolaknya di hati kita – kita tidak ikut terjebak membelanya – sambil terus berusaha agar keberadaan kita membawa manfaat yang besar bagi jaman ini dan juga anak keturunan kita nanti. Lantas apa yang secara konkrit bisa kita perbuat ketika kita hidup di jaman Mulkan Jabariyah yang penuh fitnah ini?
Secara umum ada tiga hal yang harus bisa kita lakukan, yaitu meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh. Ini adalah pekerjaan yang sangat luas yang bisa dilakukan oleh siapa saja dalam bidang apa saja.
Yang akan membuat negeri ini makmur di jaman ini bukanlah para pemimpinnya, tetapi dari rakyat atau penduduknya yang beriman dan bertakwa. Apapun janji kemakmuran yang akan dibawa oleh para (calon) pemimpin yang sedang merayu hati rakyat saat ini – tidak akan pernah terpenuhi janji tersebut – selagi para (calon) pemimpin tersebut tidak mengajak kepada keimanan dan ketakwaan. Sampai saat ini saya belum melihat adanya kampanye yang fokusnya mengajak kepada dua hal ini – keimanan dan ketakwaan. Padahal inilah kunci kemakmuran itu sebagaimana ayat berikut :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-a’raf [7]:96)
Untuk kemakmuran cukup dua langkah saja, yaitu yang pertama meningkatkan keimanan dan yang kedua meningkatkan ketakwaan.
Kemudian langkah ketiganya adalah meningkatkan amal shaleh di segala bidang kehidupan. Ingat bahwa saat ini kita berada di jaman Mulkan Jabariyah, jaman fitnah entah berapa lama waktunya kita akan sampai pada jaman berikutnya yakni jaman Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).
Apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk menyongsong jaman tersebut? Banyak sekali amal shaleh yang terkait dengan persiapan ini. Saatnya tiba ini waktunya kita menyiapkan pendidikan terbaik kita, agar anak-anak dan cucu keturunan kita kelak memenuhi syarat untuk mengusung jaman Khilafah yang menempuh jejak Kenabian tersebut.
Kini waktunya untuk kita mulai merintis seluruh sistem kehidupan yang mengikuti syariat, mulai dari cara kita ketika berdagang, mengelola modal, mengelola kesehatan, mengelola pasar, mengelola sikap dalam berpolitik dan lain sebagainya.
Kini pulalah waktunya kita menggunakan petunjuk-Nya yang langsung melalui ayat-ayat Al-Qur’an maupun melalui sunnah-sunnah nabi-Nya, dalam mengelola seluruh sumber daya alam yang melimpah yang memang beban tugas memakmurkannya ada di pundak kita ( QS 11:61).
Tidak berada dalam pemerintahan – bukan berarti kita pasif dan menyerahkan urusan pada yang bukan ahlinya. Sebaliknya kita bisa aktif berbuat untuk persiapan kemakmuran yang sesungguhnya, tanpa terjebak dalam jaman dimana kita ‘dipaksa’ mengikuti sistem yang melanggar syariat.
Bahwa dengan langkah-langkah yang mengikuti syariat ini kita yakin akan makmur, ya karena ada janji Allah dalam ayat di QS 7:96 tersebut di atas. Kita juga tidak akan membiarkan siapapun yang memerintah nanti berbuat semaunya yang merugikan umat – seperti riba yang diwajibkan tersebut di atas, kita akan bisa menolaknya bila umat yang besar ini bersatu dan justru tidak terbelah-belah sebagian membela sistem riba yang lain menolaknya.
Bahwa kunci kemakmuran ada di ummat atau penduduk ini, selain dijanjikan di ayat di atas juga dikabarkan melalui hadits berikut :
“Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.”
(HR. Muslim).
Kemakmuran yang tergambar dalam hadits tersebut di atas – jelas kemakmuran di jaman Islam karena diindikasikan dengan kalimat “…laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya…”, siapa lagi yang sadar zakat kalau bukan muslim?
Tetapi tentu saja kemakmuran ini tidak datang secara ujug-ujug, kemakmuran ini perlu ikhtiar kerja keras kita, bersamaan dengan itu kemakmuran ini perlu pertolonganNya – yang tidak mungkin kita peroleh bila kita melawanNya dengan sistem yang ribawi misalnya.
Untuk memperoleh pertolongan-Nya perlu keimanan dan ketakwaan, sedang jangankan sampai ketakwaan – keimananpun tidak ada bila kita masih menggunakan sistem riba apalagi mewajibkannya.
Perhatikan ayat-Nya berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 2:278)
Ayat tersebut jelas bahwa sesudah perintah beriman dan bertakwa kita disuruh meninggalkan riba – jika kita beriman !, jika tidak? Tahu sendiri makna dan akibatnya.
Kepemimpinan akan kembali ke umat ini bila syaratnya sudah kita penuhi, bahkan bukan hanya kepemimpinan negeri ini tetapi kepemimpinan dunia. Dan ini pasti terjadi karena Dia sendirilah yang berjanji, kapan itu?
Setelah kita bisa membangun generasi yang benar-benar beriman dan beramal shaleh. Saat itulah umat ini akan kembali memimpin dunia!
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS: an-Nuur [24]:55)
Jadi jelas, tugas umat di jaman Mulkan Jabariyah ini bukan berebut kekuasaan di pemerintahan tetapi melakukan hal-hal yang harus dilakukannya. Dari penjelasan di atas, ada setidaknya 3 points dari ..things to do, yang insyaallah kita semua bisa mulai melakukannya di bidang profesi dan atau posisi kita masing-masing.
Tiga hal tersebut adalah:
Pertama meningkatkan keimanan,
Kedua meningkatkan ketakwaan dan,
Ketiga meningkatkan amal saleh.
Tiga hal inilah kunci turunnya berkah dari langit dan dari bumi (Iman dan Takwa), dan kunci kembalinya kepemimpinan ke tangan umat (Iman dan Amal Shaleh).
Maka jangan sampai kegaduhan politik yang akan berlarut sampai memasuki 10 hari pertama di bulan Ramadhan nanti, justru menjauhkan kita dari kunci-kunci kemakmuran dan kepemimpinan umat yang sejati ini.*
Disarikan dari Tulisan di website Gerai Dinar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sahabat pengunjung yang baik,mohon tuliskan kesan Anda pada blogs sederhana kami ini. Terikasih Anda sudah menengok pojok tulisan ini.