Sebuah Renungan Politik HUT RI ke 72:
Sebuah amatan sederhana tentang trik intrik dunia politik di Indonesia. Sebagai warga merdeka kita bangga dan patut bahagia masih diberi kehidupan, sekali pun berat bila mengingat beban ekonomi di keluarga akibat efek domino dari sebuah pilihan politik demokrasi yang sudah meninggalkan musyawarah untuk mufakat, itu sepertinya kesepakatan tanpa sadar dari kita semua yang akhirnya meninggalkan salah satu sistem nilai penting dari Pancasila.
Jangan heran dan terkesan ke depan strategi incumbent untuk mendongkrak elektabilitas dan populeritas guna maraih ambisi memperpanjang jabatan Presiden hingga bisa 2X masa jabatan tidak akan jauh dari pola sebelumnya, yakni lewat permainan subsidi.
Asumsi ini sudah teruji lewat fakta bahwa mulai saat ini perencanaan untuk tahun 2018 dan puncaknya di tahun 2019 bisa dipastikan pemerintahan Presiden Joko Widodo akan meningkatkan subsidi energi, sebagian rakyat akan merasa gembira dan muncul lagi kepercayaan pada pemerintah.
Langkah ini logis namun tak beretika dan beresiko karena saat masuk ke periode ke jabatan ke 2 justru di masa itulah dahsyatnya kepentingan pribadi dan kelompok penguasa akan lebih diutamakan. Kini di awal tahun politik sudah mulai terlihat gelagatnya program pemerintah mulai main sulap, warga negara yang cerdas harusnya mulai cermat mengamati sejauhmana sinkronisasi antara das sollen (Nawacita) dan das sein (kenyataan realisasi kebijakan) yang diusung oleh rezim pemerintah saat ini. Kontras banyak kontroversial atau mendapat apresiasi warga masyarakat secara positif.
Memasuki tahun politik bagi incumbent merupakan ujian nyata terhadap keberpihakan pejabat publik pada kepentingan rakyatnya, trik intrik politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pilpres 2019 lewat subsidi bukan hal baru lagi namun bila kurang perhitungan bukan berefek pada pertumbuhan ekonomi tapi yang didapat malah naiknya angka pengangguran dan daya beli rakyat semakin menurun tajam.
Dugaan ini berdasarkan kajiannya sejak tahun 2005, dimana anggaran subsidi cenderung meningkat pada tahun-tahun menjelang pemilu.
Harapan, semoga warga bangsa kita pandai bagaimana dalam memilah dan memilih. Semua kejadian ke depan ghoib namun bila langkah kebijakan pemerintah banyak diwarnai muslihat hasilnya hanya akan semakin menyengsarakan rakyat, rakyat melarat akan semakin menjadi-jadi. Allahu'alam.
Dirgahayu Indonesia..!
Mari kita menjadi warga negara yang baik dan cerdas, kebijakan positif dari pemerintah kita dukung, kebijakan muslihat kita babat dengan sikap kritis yang bertanggung jawab.
Catatan pagi, 17 Agustus 2017
@Radea
WNI yang tinggal di "Kota Angin"
Sebuah amatan sederhana tentang trik intrik dunia politik di Indonesia. Sebagai warga merdeka kita bangga dan patut bahagia masih diberi kehidupan, sekali pun berat bila mengingat beban ekonomi di keluarga akibat efek domino dari sebuah pilihan politik demokrasi yang sudah meninggalkan musyawarah untuk mufakat, itu sepertinya kesepakatan tanpa sadar dari kita semua yang akhirnya meninggalkan salah satu sistem nilai penting dari Pancasila.
Jangan heran dan terkesan ke depan strategi incumbent untuk mendongkrak elektabilitas dan populeritas guna maraih ambisi memperpanjang jabatan Presiden hingga bisa 2X masa jabatan tidak akan jauh dari pola sebelumnya, yakni lewat permainan subsidi.
Asumsi ini sudah teruji lewat fakta bahwa mulai saat ini perencanaan untuk tahun 2018 dan puncaknya di tahun 2019 bisa dipastikan pemerintahan Presiden Joko Widodo akan meningkatkan subsidi energi, sebagian rakyat akan merasa gembira dan muncul lagi kepercayaan pada pemerintah.
Langkah ini logis namun tak beretika dan beresiko karena saat masuk ke periode ke jabatan ke 2 justru di masa itulah dahsyatnya kepentingan pribadi dan kelompok penguasa akan lebih diutamakan. Kini di awal tahun politik sudah mulai terlihat gelagatnya program pemerintah mulai main sulap, warga negara yang cerdas harusnya mulai cermat mengamati sejauhmana sinkronisasi antara das sollen (Nawacita) dan das sein (kenyataan realisasi kebijakan) yang diusung oleh rezim pemerintah saat ini. Kontras banyak kontroversial atau mendapat apresiasi warga masyarakat secara positif.
Memasuki tahun politik bagi incumbent merupakan ujian nyata terhadap keberpihakan pejabat publik pada kepentingan rakyatnya, trik intrik politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pilpres 2019 lewat subsidi bukan hal baru lagi namun bila kurang perhitungan bukan berefek pada pertumbuhan ekonomi tapi yang didapat malah naiknya angka pengangguran dan daya beli rakyat semakin menurun tajam.
Dugaan ini berdasarkan kajiannya sejak tahun 2005, dimana anggaran subsidi cenderung meningkat pada tahun-tahun menjelang pemilu.
Harapan, semoga warga bangsa kita pandai bagaimana dalam memilah dan memilih. Semua kejadian ke depan ghoib namun bila langkah kebijakan pemerintah banyak diwarnai muslihat hasilnya hanya akan semakin menyengsarakan rakyat, rakyat melarat akan semakin menjadi-jadi. Allahu'alam.
Dirgahayu Indonesia..!
Mari kita menjadi warga negara yang baik dan cerdas, kebijakan positif dari pemerintah kita dukung, kebijakan muslihat kita babat dengan sikap kritis yang bertanggung jawab.
Catatan pagi, 17 Agustus 2017
@Radea
WNI yang tinggal di "Kota Angin"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sahabat pengunjung yang baik,mohon tuliskan kesan Anda pada blogs sederhana kami ini. Terikasih Anda sudah menengok pojok tulisan ini.