Kami terlibat dalam debat tentang Ujian Nasional di milis IGI kemarin. Kecaman saya mengenai validitas UN yang menurut saya tidak reliable karena dicurangi dimana-mana mendapat tanggapan dari dua petinggi Kemdikbud. Dan kami pun terlibat dalam debat dan polemik.
Saya melihat bahwa Kemdikbud sibuk menyangkal fakta terjadinya kecurangan di mana-mana dan berupaya untuk mengecilkan arti itu semua. Mereka tetap bersikukuh bahwa hasl UN ini valid dan bisa dipercaya.
Benarkah…?!
Hanya jika Anda menutup mata, telinga, dan hati….!
Anda sebenarnya tinggal membuka telinga, mata dan hati Anda dan Anda akan mendengar dan melihat kecurangan itu di mana-mana…! Kecurangan itu begitu massif dan begitu telanjang. Saya bahkan dikirimi bukti contekan jawaban UN Matematika UN SMP dari seorang teman. Lengkap untuk semua paket.
(Tapi saya dianggap MEMFITNAH dan MUNAFIK karena menunjukkan fakta ini)
Apakah saya memfitnah dan melontarkan kebencian seperti yang mereka katakan…?!
Di jaman Google begini kan semestinya kita bisa tinggal buka Google dan ketikkan kata kunci ‘kecurangan ujian nasional’ dan kita akan mendapatkan ratusan ribu tautan tentang berita dan fakta tentang kecurangan UN.
Saya akan kutipkan beberapa dan kalau ini tetap mau disangkal ya silakan saja.
“KBR68H, Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerima 254 aduan terkait kecurangan pelaksanaan Ujian Nasional. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh mengatakan, aduan itu diterima melalui telepon, pesan singkat, surat elektronik atau email, dan fax. Laporan paling banyak mengenai isu kebocoran soal UN dan jual beli soal UN.
Di sejumlah daerah seperti Mataram, NTB dan Jombang, Jatim ditemukan kebocoran kunci jawaban Ujian Nasional. Dewan Pendidikan Jombang menyatakan 70 persen kunci jawaban Ujian Nasional (UN) yang beredar di kalangan siswa benar. Setelah diverifikasi, dari lima puluh soal, hanya sekitar tujuh belas soal dengan jawaban salah. Dewan Pendidikan Jombang mengatakan, kunci jawaban itu beredar sekira lima belas menit sebelum ujian berlangsung melalui pesan singkat (SMS). Sementara itu pelaksanaan Ujian Nasional serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia sejak 16 April hingga 18 April besok.”
http://kbr68h.com/berita/nasional/22639-menteri-terima-254-aduan-kecurangan-ujian-nasional
PENDIDIKAN
Kamis, 19 April 2012 , 13:10:00
Sudah Ada 752 Pengaduan Kecurangan UN
JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh tak menampik banyak aduan mengenai kebocoran soal dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SMA, MA, SMK, SMALB tahun ajaran 2011-2012.
“Yang terjadi di UN tahun ini, yang berkembang masalah khusus isu tentang peredaran kebocoran soal jawaban. Memang yang beredar dugaan jawaban yang bocor. Karena yang beredar itu hanya ABCD saja,” kata Nuh, kepada wartawan, Kamis (19/4), di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Nuh mengakui, pihaknya tetap memberikan perhatian khusus setiap informasi atau aduan dari masyarakat. “Setelah mendapat aduan, kita cek di lapangan, tidak benar ada aduan itu,” ungkapnya.http://www.jpnn.com/read/2012/04/19/124781/Sudah-Ada-752-Pengaduan-Kecurangan-UN-
Coba perhatikan bagaimana cara Mendikbud menyangkal. “Karena yang beredar itu hanya ABCD saja,” kata Nuh…! Apa maksud pernyataan ini…?! Apa Mendikbud baru mau mengaku adanya kecurangan kalau itu pernyataan tertulis dari para pelaku di atas kertas bermaterai dan sekaligus pelakunya disumpah pocong…?!
Inilah Kecurangan Tertinggi UN
Senin, 16 April 2012, 22:08 WIB
“REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Posko Ujian Nasional (UN) 2011/2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mencatat hingga hari pertama pelaksanaan UN jenjang SMA/SMALB/MA/SMK tercatat telah masuk 254 pengaduan.
Ke-254 pengaduan ini masuk ke Posko UN Kemdikbud melalui berbagai saluran yang dapat diakses masyarakat. Baik call centre, kanal telepon, pesan singkat (SMS) maupun surat elektronik.”
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/12/04/16/m2kvek-inilah-kecurangan-tertinggi-un
Kemendikbud Masih Bungkam Soal Kecurangan UN
Besar Kecil Normal
TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih bungkam soal kecurangan dan kebocoran Ujian Nasional. Pemerintah juga emoh meladeni tantangan Indonesian Corruption Watch untuk menguji tingkat kebenaran bocoran kunci jawaban yang ditemukan ICW. ” Sedang kami proses oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan Puspendik” kata Juru Bicara Ibnu Hamad di Jakarta, Kamis 3 Mei 2012.
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/03/079401521/Kemendikbud-Masih-Bungkam-Soal-Kecurangan-UN
Kecurangan UN Merata Terjadi di Berbagai Wilayah di Sumut
Khairul Ikhwan – detikNews
Rabu, 18/04/2012 15:31 WIB
Medan Kasus-kasus kecurangan dalam Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA merata terjadi di berbagai wilayah di Sumatera Utara (Sumut). Bukti kecurangan itu ditemukan Komunitas Air Mata Guru (KAMG).
Dalam konferensi pers di Medan, Rabu (18/4/2012), KAMG menunjukkan sejumlah bukti kecurangan itu. Antara lembar kertas berisi kombinasi jawaban, baik yang tulisan tangan maupun terketik rapi.
“Temuan kecurangan ini yang terbanyak di Medan, sementara daerah lainnya Serdang Bedagai, Humbang Hasundutan, dan Labuhan Batu,” kata Abdi Muskarya Saragih, Ketua KAMG.
Selain menemukan bukti yang nyata, indikasi kecurangan yang lainnya juga gampang dilihat. Misalnya sewaktu ujian Bahasa Inggris.
“Dalam ujian Bahasa Inggris itu ada soal ujian yang listening, namun belum lagi diperdengarkan, siswa sudah bisa menjawab sejumlah soal,” tukas Abdi.
http://news.detik.com/read/2012/04/18/153138/1895461/10/kecurangan-un-merata-terjadi-di-berbagai-wilayah-di-sumut
Kamis, 03 Mei 2012 | 15:33 WIB
ICW Tolak Buka Identitas Pelapor Kecurangan Ujian Nasional
Besar Kecil Normal
TEMPO.CO, Jakarta – Indonesian Corruption Watch (ICW) tak akan membuka identitas pelapor kecurangan Ujian Nasional kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri mengatakan kementerian belum memiliki skema perlindungan pelapor yang memadai.
“Kami akan buka pelapor asalkan program perlindungan kementerian jelas,” kata Febri saat bertandang ke Kemendikbud, Kamis 3 Mei 2012.
Febri mengatkan terlalu riskan bagi ICW untuk membuka identitas pelapor kepada kementerian. Jika identitasnya dibuka dan bocor, si pelapor bisa dimusuhi orang-orang di lingkungannya sendiri. “Bayangkan kalau pelapor ketahuan mengadukan atasannya sendiri,” ujar Febri.
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/03/079401510/ICW-Tolak-Buka-Identitas-Pelapor-Kecurangan-Ujian-Nasional
Pertanyaannya adalah : Mengapa Kemdikbud terus menyangkal fakta-fakta ini dan seolah tidak perduli dengan begitu dahsyatnya kebobrokan moral dan dampaknya bagi pendidikan dan generasi penerus di masa depan…?!
Apa yang dipertaruhkan with all risks oleh pemerintah ini…?! Banyak tokoh yang bingung dengan sikap bebal yang dipertunjukkan oleh pemerintah ini.
Update:
Komentar dari milis sebagai tambahan.
Tiga hari yang lalu, mungkin setelah mas Satria menulis di milis, tentang hasil obrolan kita tentang salah seorang kasek di Sumba Timur yang menolak kehadiran guru-guru SM-3T karena guru-guru tersebut tidak mau membuat kunci jawaban soal UN, salah seorang staf Mendikbud mengirimkan sms kepada saya. ‘Pak Muchlas, bu Luthfiah, saya mau tahu, di daerah mana peserta SM-3T di Sumba Timur yang menolak kehadiran guru program ini, karena tidak mau mengerjakan soal UN. Mhn informasinya.’
Saya membalas sms beliau, dan sms itu saya cc-kan ke pak Muchlas. ‘Perlu diklarifikasi lagi, Bapak. Itu berdasarkan laporan tim monev yang turun ke salah satu kecamatan beberapa waktu yang lalu. Yang penting adalah bahwa di beberapa sekolah, soal sengaja diambil dulu untuk dikerjakan guru-guru, dan siswa tinggal menerima jawabannya. Sudah jadi rahasia umum. Siswa di sana, bahkan memahami soalnya saja banyak yang tidak paham, bagaimana bisa membuat jawabannya? Maka jalan pintas itulah yang ditempuh. Sehingga kalau ada yang menolak untuk membuat kunci jawaban, hal itu dianggap menyalahi ‘aturan’ mereka. Sekedar bahan renungan, Bapak, untuk mengambil kebijakan tentang UN ke depan. Itu poinnya.’
Dan ini jawaban beliau: ‘Bukan itu, bu. Kita mau tahu sekolahnya, dan hasilnya yang kita punya seperti apa. Kalau cuma seperti itu, sama saja melemparkan wacana. Padahal, sebagai orang kampus dan bergerak untuk memproduksi guru, rasanya sudah bukan lagi pada tahap untuk merenungkan, dan agak sulit untuk kita jadikan sebagai pegangan untuk mengambil kebijakan UN ke depan. Terimakasih.’
Saya tidak membalas sms beliau. Saya tahu maksud beliau. Data dari sekolah itu akan dicocokkan dengan data nilai UN yang ada pada beliau. Kemudian dibandingkan dengan data sekolah lain, termasuk sekolah-sekolah yang terindikasi melakukan kecurangan. Saya merasa semua itu tidak ada gunanya. Karena sebenarnya segala sesuatunya sudah jelas.
Dan tentu saja, saya tidak sedang melemparkan wacana. Tidak. Kasus yang terjadi di salah satu sekolah di Sumba Timur itu hanya letupan kecil yang tidak berarti. Letupan kecil dari bongkahan besar gunung es yang siap meledak sewaktu-waktu saking beratnya beban yang ditanggungnya.
Ya, merenung. Itulah yang harus segera dilakukan. Dengan kepala jernih, dengan hati bersih, dengan hati nurani. Betapa UN telah menghasilkan ketidakjujuran di mana-mana. Hampir di semua level. Sistemik. Apa yang kita harapkan dari praktik pendidikan yang penuh dengan ketidakjujuran semacam ini? Apa artinya karakter cerdas, jujur, peduli, dan tangguh, yang kita canangkan dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2025?
Merenung. Dengan hati nurani. Hanya para pengambil kebijakan yang berhak memutuskan akan dibawa kemana pendidikan kita. Saya, Satria Darma, dan para pendidik yang lain, juga masyarakat luas, hanya bisa berteriak, beropini; tapi keputusan ada pada para petinggi.
Wassalam,
LN
Salam
Satria Dharma
sumber: http://satriadharma.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sahabat pengunjung yang baik,mohon tuliskan kesan Anda pada blogs sederhana kami ini. Terikasih Anda sudah menengok pojok tulisan ini.