13 Februari 2018

Mimpi Terbang Tinggi Kala Tersadar Tengah Ambruk !


By@Radea

"Tidak terlihat adanya intensi dan kapasitas pemimpin politik dan ekonomi untuk memproyeksikan kekuatan Indonesia menjadi salah satu negara maju dalam ekonomi dan geopolitik global."~Richard Robinson

Mengamati dengan kacamata nilai, norma, kemajuan dan keberadaban, sejalan dengan tulisan wartawan senior Hersubeno Arief dalam sebuah diskusi ngopibareng tampak terbaca antara 'das sollen dan das sein' makin berjarak dan menjauh. Sebuah kenyataan yang harus diterima oleh warga bangsa dan negara Indonesia di era rezim pemerintahan Jokowi.

Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan.

Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi.

Realitasnya hari ini tanda-tanda bahwa Indonesia akan menjadi “raksasa” baru Asia,  kian jauh dari harapan. Pertumbuhan ekonomi stagnan,  utang pemerintah kian menggunung.

Langit sangat tinggi menggambarkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan posisi Indonesia dalam geopolitik global. Sementara kemampuan terbang menunjukkan kapasitas kita sebagai bangsa.

Skeptisme bahwa Indonesia bakal menjadi pemain global itu sebenarnya sudah jauh hari disampaikan Profesor Richard Robinson seorang Indonesianis asal Australia. Dalam sebuah seminar di Universitas Melbourne dua tahun lalu, dia mengatakan “untuk skala regional saja Indonesia tidak akan menjadi sebuah kekuatan baru, apalagi menjadi kekuatan global.”

Prediksi Robinson tersebut sangat menohok di tengah optimisme yang ditebar pemerintah dan juga sejumlah lembaga riset dunia.

PricewaterhouseCoopers (PwC) misalnya meramalkan pada tahun 2030 Indonesia akan  menjadi peringkat kelima kekuatan ekonomi dunia di bawah Cina, Amerika, India, dan Jepang.

Sementara lembaga riset yang berbasis di London, Inggris Centre for Economics and Business Research (CEBR)  menyatakan Indonesia akan masuk dalam 10 besar kekuatan ekonomi dunia.

“Semua itu hanya obsesi dari para akademisi, para wartawan dan lembaga think tank pemerintah Indoneaia,” tegas Robinson.

Mengapa Robinson bisa sampai pada kesimpulan yang sangat bertolak belakang? “Tidak terlihat adanya intensi dan kapasitas pemimpin politik dan ekonomi untuk memproyeksikan kekuatan Indonesia menjadi salah satu penyebabnya,” kata Robinson sebagaimana dikutip Kompas.com (5/7/16).

Alhasil, bila masih berharap Indonesia maju di tahun 2019 harus lahir presiden baru yang punya visi, misi dan strategi berbeda namun fokus pada tujuan negara, sebagaimana amanat konstitusi yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Silakan sebagai warga negara yang cerdas anda bersikap dan bertindak yang tepat saat menjadi Pilpres di tahun 2019.

Selamat pagi Indonesia..!

Ramuan kopi pagi
Gazebo Jaulah Kota Angin
13022018
Endar Sudarjat (Radea)
Pengamat sosial dan aktivis pendidik
Majalengka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat pengunjung yang baik,mohon tuliskan kesan Anda pada blogs sederhana kami ini. Terikasih Anda sudah menengok pojok tulisan ini.